Mengembangkan Ekowisata Desa

Home / Mengembangkan Ekowisata Desa

2005 – 2010 (mENGEMBANGKAN EKOWISATA DESA)
2006_Gin
Ekowisata desa (versi JED) adalah pariwisata berbasis lingkungan dan masyarakat, di mana masyarakat desa mengelola ruang hidupnya secara ekologis sehingga dapat dijadikan sebagai tempat menambah pengetahuan dan kebahagiaan. Saat ini, ada 9 desa/kawasan yang tergabung dalam Jaringan Ekowisata Desa (JED).
Pengembangan Ekonomi dan Wisata Desa
2010_BetenGatep
Pengorganisasian yang dilakukan Wisnu berdasar pada konsep Bali DWE, yaitu spirit inti-utama yang menjadi ciri keunikan, keistimewaan, atau originalitas masyarakat Bali. Dwe dalam bahasa Bali terkait dengan potensi diri, berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, modal sosial budaya, infrastruktur, dan modal finansial. Hal inilah yang menjadi dasar pengembangan produk barang dan jasa, ekonomi dan wisata desa.
-Ekonomi Desa
2005_Wine
Upaya pengembangan ekonomi desa dilakukan melalui pengolahan sumber daya yang ada. Beberapa di antaranya adalah olahan salak (wine dan dodol) serta olahan rumput laut Sumber daya yang ada juga coba dikelola menggunakan energi baru terbarukan, seperti usaha selip beras yang menggunakan mikrohidro.

-Peresmian Bali DWE
2009_BaliDWE
Konsep DWE secara resmi diperkenalkan pada 15 Desember 2009, namun sudah mulai didiskusikan dan diterapkan sejak awal. Selain sebagai sebuah konsep, Bali DWE pada awalnya juga merupakan sebuah asosiasi yang bertugas memandu dan melindungi proses pertahanan diri masyarakat desa di Bali terhadap ruang hidupnya. Namun sebagai sebuah asosiasi, Bali DWE belum dapat diimplementasikan secara optimal.

-Kemandirian Lembaga
2009_Tales / 2010_Limbah
Usaha ternak dan pertanian organik kembali dilakukan, merupakan kelanjutan dari periode sebelumnya, ditambah dengan pengolahan biogas. Berlokasi di lahan sawah yang sebelumnya dikelola dengan pupuk dan pestisida kimia, seperti sawah lain di sekitarnya. Dibutuhkan kapur dan kompos cukup banyak untuk menetralisir racun dalam tanah dan menyuburkannya. Lahan sawah ini pernah menghasilkan beras sangat enak dan harum, yaitu beras somali. Lahan dikelola dengan sistem mina padi dan pemanfaatan kotoran ternak. Kotoran babi dimasukkan dalam dome biogas, dan limpasan lumpur yang dihasilkan digunakan sebagai pupuk untuk tanaman padi.

Penyebarluasan Kesadaran
2013_Perpus
Sejak masa awal berdirinya, Wisnu berupaya untuk mengomunikasikan serta memublikasikan konsep dan kegiatannya secara luas. Penyebarluasan kesadaran dilakukan melalui berbagai cara, baik melalui praktik-praktik ekologis, pendidikan, maupun pemaknaan ritual.
-Penyadaran Lingkungan
2006_Fun Sunday/Melali
Kegiatan penyadaran lingkungan dilakukan bersama Café Air, ditujukan untuk mengasah kepedulian anak terhadap lingkungan dan sosial, membangun kemandirian anak, membangun sikap solidaritas dan kerjasama anak, membangun sikap leadership/kepemimpinan anak, serta menumbuhkembangkan kreatifitas anak. Konsep yang dikembangkan adalah Bersenang- senang sambil Belajar atau Belajar sambil Bersenang-senang. Ada dua kegiatan yang ditawarkan, yaitu Fun Sunday dan Melali ajak Pak Godogan.






-Sekolah Banjar
2005_CO / 2009_Radio
Merupakan pendidikan di tingkat banjar, ditujukan sebagai upaya menciptakan masyarakat lokal yang kritis dan memiliki pemahaman luas, serta berjalan sesuai dengan perkembangan waktu. Kegiatan yang dilakukan dalam Sekolah Banjar adalah menciptakan fasilitator dan kader pendidik lokal, membentuk sekolah banjar dan jaringan antarsekolah banjar, serta mendokumentasikan seluruh proses sekolah banjar sebagai media pembelajaran. Salah satu bentuk media pembelajaran adalah penyebarluasan informasi melalui Radio Komunitas.

-Pendidikan Politik
2009_Pelaga / Kerobokan
Menjelang Pemilu 2009, Wisnu melakukan kegiatan Pendidikan Politik untuk masyarakat. Kegiatan dilakukan melalui berbagai media, yaitu pemutaran film, pentas bondres, dan pemberian buku saku. Selain itu dilakukan juga dialog dengan calon anggota legislatif untuk memberikan pemahaman tentang tugas dan tanggung jawab legislatif.
-Resolusi Konflik
2009_Barong
Sebagai sebuah lembaga yang sering bekerja sama dengan masyarakat adat dalam spirit dan laku tradisi, pemahaman atas adat melalui ritual menjadi hal penting. Ritual yang dilakukan tidak sebatas pada rutinitas atau kewajiban melaksanakannya, melainkan lebih sebagai cara hidup serta keyakinan atas nilai dan makna dalam ritual tersebut. Ritual salah satunya ditujukan sebagai sarana mengucap syukur. Namun, selain itu, ritual juga diyakini dapat berfungsi sebagai media resolusi konflik.